Disamping itu, melalui DIPISOLO BLOG ini pula disajikan berbagai tips praktis dalam dunia Komunikasi Bisnis.
« | May 2018 | » | ||||
S | M | T | W | T | F | S |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 |
20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 |
27 | 28 | 29 | 30 | 31 |
Istilah komplain atau mengadu yang dilakukan oleh para pelanggan kepada pihak lain karena ketidakpuasan pelanggan terhadap pihak lain tentunya tidak bisa dianggap enteng atau remeh bagi para pelaku bisnis. Sudah selayaknya apabila para pelaku bisnis peka atau responsif terhadap apa yang dikeluhkan para pelanggan.
Mengapa mereka (pelanggan) harus komplain kepada pihak lain? Pada dasarnya munculnya komplain dari para pelanggan karena adanya kekecewaan para pelanggan kepada pihak lain karena pelayanan yang tidak baik atau produk yang kurang baik.
Pada dasarnya pelanggan dapat melampiaskan kekecewaannya kepada pihak lain secara lisan maupun tertulis. Apabila dilakukan secara lisan, pelanggan dapat bertemu secara langsung kepada pihak lain dan mengemukakan apa yang menjadi sumber komplain tersebut. Disamping itu, pelanggan dapat juga menyampaikan komplain kepada pihak lain yang dilakukan melalui telepon maupun secara tertulis.
Setiap pelanggan barangkali pernah merasa dikecewakan oleh pihak lain dalam bertransaksi bisnis (misalnya). namun, yang lebih penting lagi adalah bagaimana sikap kita sebagai pelanggan didalam menyampaikan komplain tersebut kepada pihak lain. Apakah sebaiknya dilakukan secara lisan atau tertulis sangatlah tergantung situasi dan kondisi pelanggan itu sendiri. Kalau lokasinya tidak jauh dan relatif terjangkau, maka pengungkapan secara langsung dan bertemu face to face tentunya akan lebih bagus, sehingga diharapkan ditemukan solusi terbaik dan cepat selesai. namun, seandainya tidak bisa datang sendiri, dapat mengungkapkan secara tertulis dan dikirimkan ke pihak lain atau lewat media massa.
Nah, sekarang anda mau pilih yang mana? Yang jelas masing-masing memiliki nilai plus dan minusnya. Yang penting tetaplah bersikap dan bertutur kata atau mengungkapkannya dengan cara-cara yang baik, sopan dan hindari sikap emosional apalagi menggunakan "kata-kata mutiara" yang dapat menyakiti atau mengganggu perasaan orang lain.
Resume atau CV (Curriculum Vitae) atau yang lebih populer dengan sebutan Daftar Riwayat Hidup (DRH) pada dasarnya merupakan bentuk penjabaran potensi diri seseorang yang lebih rinci. Pada umumnya resume mencakup identitas diri, tujuan karir, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian/keterampilan, dan hobi seseorang. Apabila Anda ingin melamar kerja di suatu lembaga bisnis, sebaiknya format resume atau CV didesain sendiri sesuai dengan tujuan melamar pekerjaan.
Dalam membuat resume usahakan Anda mengungkapkan apa adanya dan jangan dibuat-buat. Oleh karena, resume inilah yang menjadi salah satu dasar bagi pihak pewawancara dalam melakukan wawancara kerja.
Ada tiga bentuk resume yang sering kita jumai dalam dunia bisnis, yaitu resume kronologis, fungsional, dan kombinasi. Bentuk resume yang paling banyak digunakan adalah bentuk kronologis, dimana pengungkapananya didasarkan pada urutannya dimana didahulukan yang paling terkini/paling baru, kemudian diikuti urutan berikutnya.
Secara umum komunikasi nonverbal merupakan suatu bentuk komunikasi yang dilakukan selain lisan dan tulisan/tertulis. Sebagai contoh, penggunaan bahasa isyarat atau bahasa tubuh, ekspresi, logo/lambang, warna, dan uniform.
Sinyal komunikasi nonverbal dalam dunia bisnis seringkali dapat kita temui dalam keseharian kerja di kantor-kantor. Coba Anda amati teman-teman sekerja yang ketika datang ke ruang kerja, bagaimana ekspresi mereka? Dalam situasi demam World Cup 2006, apakah mereka datang ke tempat kerja dalam kondisi segar bugar atau sebaliknya lesu, lemah, letih, lelah?. Contoh lain, coba Anda amati, apakah di kantor Anda ada simbol-simbol dilarang merokok, toilet, arah panah, dan sejenisnya. Semua itu merupakan bentuk-bentuk komunikasi nonverbal yang sering kita jumpai dalam dunia bisnis.
Komunikasi Bisnis adalah suatu bentuk komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik yang menggunakan komunikasi verbal maupun nonverbal. Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat saat ini, maka media komunikasi dalam dunia bisnis dapat dilakukan secara elektronik, seperti penggunaan surat elektronik (e-mail), teleconferencing, telepon (fixed line dan wireless) dan faksimili.
Sementara itu, yang termasuk komunikasi verbal adalah semua bentuk komunikasi yang dilakukan secara tertulis maupun disampaikan secara lisan. Contoh: aneka surat bisnis, memo, dan aneka laporan bisnis. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah semua bentuk komunikasi yang dilakukan selain tertulis dan lisan. Misalnya: body language (bahasa isyarat), uniform, logo, dan warna.
Secara lebih rinci apa saja yang dibahas dalam Komunikasi Bisnis dapat dilihat dalam buku Komunikasi Bisnis Edisi Ketiga yang ditulis oleh Drs. Djoko Purwanto, M.B.A. salah seorang dosen Fakultas Ekonomi UNS Surakarta dan diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, jakarta, tahun 2006.
Apa itu surat lamaran kerja?
Pada dasarnya surat lamaran kerja merupakan surat yang ditulis oleh seorang pelamar kerja baik yang belum pernah bekerja maupun yang sudah pernah bekerja untuk memperoleh suatu pekerjaan yang dicita-citakan.
Dalam surat lamaran kerja dikemukakan secara garis besar identitas dan potensi diri Anda yang relevan dengan lowongan kerja yang ditawarkan oleh suatu lembaga bisnis maupun nonbisnis. Namun demikian, yang tidak kalah pentingnya adalah keinginan Anda untuk dapat mengikuti wawancara kerja. Mengapa demikian? Oleh karena, melalui wawancara kerja inilah Anda berpeluang untuk menunjukkan seberapa besar potensi diri Anda relevan dengan persyaratan yang dikehendaki oleh lembaga pencari kerja.
Secara teknis, dalam menulis surat lamaran kerja hendaklah memperhatikan penampilan surat yang bersih, rapi dan menarik. Gunakan bahasa yang baik dan benar atau formal. Hindari penggunaan bahasa pasaran atau bahasa gaul yang cenderung bebas dan santai.
Newer | Latest | Older